Cari Blog Ini

Rabu, 15 Februari 2017

Penyakit Kronis Bangsa indonesia

Pertanyaan cepat, pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ? Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk bangsa Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman sekarang dan berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ? Muncul kisruh yang berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa menjadi seperti ini ? 

Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali kedalam sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan merdeka. Ambilah contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar dalam sejarah Indonesia, Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut meskipun memiliki satu agama yang dominan, namun mereka masih mentoleransi agama lain yang ingin berkembang, selama masih ada di bawah naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat pada jaman itu jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan erat. Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem persatuan yang pernah dibentuk sebelumnya.

 Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut. Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di Indonesia baik mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing (Belanda, portugis, dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang lemahnya kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain).

Namun ketika dihadang Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai runtuh. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan pada saat itu belum mengenal kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang untuk sendirinya. Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal antara kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang mereka lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar tidak. Lalu Belanda menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial dan budaya setiap kerajaan yang akan dilawannya sehingga dapat menaklukannya dengan mudah, satu contoh dari ini yaitu ketika pada saat Perang Aceh dimana Belanda men. 

Namun yang paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda disini adalah masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan saling mengenal satu sama lain. 

Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan Kinderkrankenheit-nya Indonesia (Penyakit kenanak – kanakan). 


Era ‘Kesadaran’ Nasional 

Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh – puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani. Bangsa kita memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari penjajahan Bangsa kita mulai sadar dan belajar untuk mengetahui pentingnya persatuan, (Dalam buku – buku sejarah masa ini terkenal dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun saya disini menggunakan kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah sadar pentingnya untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’ sementara yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar Indonesia mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang bersatu dan merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres Pemuda II, dimana para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai merauke berjanji untuk selalu berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah negara Indonesia.

Mulai dari tahun 1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita mulai bangkit dari kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara tahun – tahun ini bangsa kita mulai sadar bahwa yang membuat usaha – usaha untuk melawan penjajah dulu selalu gagal karena sikap sukuisme yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa diteruskan di sebuah negeri yang dimana masing – masing setiap penduduknya memiliki budaya dan kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara yang bersatu. 


Perumusan Dasar Negara 

Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir pada masa 1945. Tahun dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang diinginkannya, namun sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah untuk dihapus. Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan bagaimana dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan dipilihlah ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera dilakukan dengan dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup kontroversial hingga kini, terutama terkait sila pertama yang bebrunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya”. Kontroversial karena sila pertama ini pada waktu itu menuai kritikan dari tokoh timur Indonesia karena seakan - akan perihal agama hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja, setelah beberapa diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga terlihat menyeluruh dan tidak membedakan. 

Perubahan inilah sebenanrya yang menjadi bahan terakhir diskusi. Karena tanpa adanya perubahan ini semua yang diperjuangkan yaitu kemerdekaan, akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn bangsa Indonesia dulu, perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme untuk suatu kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar - benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini. 

Nah... tentunya melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik balik dari semua kemajuan dan persatuan yang sudah selama ini bangsa kita peroleh ? saya tidak dapat memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998. Tentunya serangkaian aksi diskriminasi memuncak setelah pemberontakan 30 September terutama terhadap mereka yang beretnis Tionghoa karena adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan mereka ( masyarakat Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah Orde lama pun juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI demonstrasi anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih banyak serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 – ‘99 dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus pelanggaran terhadap HAM dan diskriminasi yang besar. 

Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena saya tidak mau meneruskan, memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti – persatuan namun saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat bahwa pada awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya / kelompoknya sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita lebih mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu yang menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa perbedaan bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan. 

Namun melihat realita pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai sekarang, sepertinya bangsa kita sudah mulai melupakan rasa persatuan tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu mulai ada, sikap sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah dirinya kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan politis atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah kembali ke Human Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa bangsa Indonesia dapat melakukan lebih dari itu, saya memiliki kepercayaan bahwa bangsa Indonesia sadar siapa musuh sesungguhnya dan sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan kita. Perlulah kita kritis dan mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia sekarang sama seperti mengulang kejadian dulu. 

Perlulah kita untuk bersikap dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada sebuah negara atau komunitas di belahan bumi manapun yang tidak memiliki perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi kepentingan tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain. 


Akhir Kata 

Negara ini didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan pengorbanan, melalui persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah mimpi untuk membangun yang terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi dan persatuan, bukan berdasarkan adanya keinginan mendominasi satu sama lain.

Akhir kata saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai penyakit kekanak - kanakan Indonesia tumbuh lagi menggerogoti generasi baru Indonesia dan membawa Indonesia kembali kedalam kertepurukan.

#bersamamerawatperbedaan

Oleh: Ivan Putra

Sumber 


Pertanyaan cepat, pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ? Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk bangsa Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman sekarang dan berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ? Muncul kisruh yang berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa menjadi seperti ini ? Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali kedalam sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan merdeka. Ambilah contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar dalam sejarah Indonesia, Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut meskipun memiliki satu agama yang dominan, namun mereka masih mentoleransi agama lain yang ingin berkembang, selama masih ada di bawah naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat pada jaman itu jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan erat. Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem persatuan yang pernah dibentuk sebelumnya Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut. Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di Indonesia baik mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing ( Belanda, portugis, dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang lemahnya kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain) Namun ketika dihadang Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai runtuh. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan pada saat itu belum mengenal kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang untuk sendirinya. Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal antara kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang mereka lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar tidak. Lalu Belanda menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial dan budaya setiap kerajaan yang akan dilawannya sehingga dapat menaklukannya dengan mudah, satu contoh dari ini yaitu ketika pada saat Perang Aceh dimana Belanda men Namun yang paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda disini adalah masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan saling mengenal satu sama lain. Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan Kinderkrankenheit-nya Indonesia ( Penyakit kenanak – kanakan). Era ‘Kesadaran’ Nasional Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh – puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani. Bangsa kita memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari penjajahan Bangsa kita mulai sadar dan belajar untuk mengetahui pentingnya persatuan, ( Dalam buku – buku sejarah masa ini terkenal dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun saya disini menggunakan kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah sadar pentingnya untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’ sementara yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar Indonesia mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang bersatu dan merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres Pemuda II, dimana para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai merauke berjanji untuk selalu berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah negara Indonesia Mulai dari tahun 1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita mulai bangkit dari kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara tahun – tahun ini bangsa kita mulai sadar bahwa yang membuat usaha – usaha untuk melawan penjajah dulu selalu gagal karena sikap sukuisme yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa diteruskan di sebuah negeri yang dimana masing – masing setiap penduduknya memiliki budaya dan kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara yang bersatu. Perumusan Dasar Negara Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir pada masa 1945. Tahun dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang diinginkannya, namun sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah untuk dihapus. Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan bagaimana dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan dipilihlah ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera dilakukan dengan dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup kontroversial hingga kini, terutama terkait sila pertama yang bebrunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya”. Kontroversial karena sila pertama ini pada waktu itu menuai kritikan dari tokoh timur Indonesia karena seakan - akan perihal agama hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja, setelah beberapa diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga terlihat menyeluruh dan tidak membedakan. Perubahan inilah sebenanrya yang menjadi bahan terakhir diskusi. Karena tanpa adanya perubahan ini semua yang diperjuangkan yaitu kemerdekaan, akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn bangsa Indonesia dulu, perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme untuk suatu kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar - benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini Nah... tentunya melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik balik dari semua kemajuan dan persatuan yang sudah selama ini bangsa kita peroleh ? saya tidak dapat memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998. Tentunya serangkaian aksi diskriminasi memuncak setelah pemberontakan 30 September terutama terhadap mereka yang beretnis Tionghoa karena adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan mereka ( masyarakat Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah Orde lama pun juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI demonstrasi anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih banyak serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 – ‘99 dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus pelanggaran terhadap HAM dan diskriminasi yang besar. Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena saya tidak mau meneruskan, memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti – persatuan namun saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat bahwa pada awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya / kelompoknya sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita lebih mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu yang menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa perbedaan bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan Namun melihat realita pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai sekarang, sepertinya bangsa kita sudah mulai melupakan rasa persatuan tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu mulai ada, sikap sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah dirinya kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan politis atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah kembali ke Human Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa bangsa Indonesia dapat melakukan lebih dari itu, saya memiliki kepercayaan bahwa bangsa Indonesia sadar siapa musuh sesungguhnya dan sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan kita. Perlulah kita kritis dan mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia sekarang sama seperti mengulang kejadian dulu. Perlulah kita untuk bersikap dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada sebuah negara atau komunitas di belahan bumi manapun yang tidak memiliki perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi kepentingan tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain. Akhir Kata Negara ini didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan pengorbanan, melalui persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah mimpi untuk membangun yang terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi dan persatuan, bukan berdasarkan adanya keinginan mendominasi satu sama lain Akhir kata saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai penyakit kekanak - kanakan Indonesia tumbuh lagi menggerogoti generasi baru Indonesia dan membawa Indonesia kembali kedalam kertepurukan . #bersamamerawatperbedaan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/santoso172/penyakit-kronis-bangsa-indonesia_58a38f928e7e610036df63fc
Pertanyaan cepat, pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ? Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk bangsa Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman sekarang dan berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ? Muncul kisruh yang berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa menjadi seperti ini ? Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali kedalam sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan merdeka. Ambilah contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar dalam sejarah Indonesia, Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut meskipun memiliki satu agama yang dominan, namun mereka masih mentoleransi agama lain yang ingin berkembang, selama masih ada di bawah naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat pada jaman itu jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan erat. Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem persatuan yang pernah dibentuk sebelumnya Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut. Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di Indonesia baik mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing ( Belanda, portugis, dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang lemahnya kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain) Namun ketika dihadang Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai runtuh. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan pada saat itu belum mengenal kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang untuk sendirinya. Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal antara kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang mereka lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar tidak. Lalu Belanda menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial dan budaya setiap kerajaan yang akan dilawannya sehingga dapat menaklukannya dengan mudah, satu contoh dari ini yaitu ketika pada saat Perang Aceh dimana Belanda men Namun yang paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda disini adalah masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan saling mengenal satu sama lain. Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan Kinderkrankenheit-nya Indonesia ( Penyakit kenanak – kanakan). Era ‘Kesadaran’ Nasional Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh – puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani. Bangsa kita memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari penjajahan Bangsa kita mulai sadar dan belajar untuk mengetahui pentingnya persatuan, ( Dalam buku – buku sejarah masa ini terkenal dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun saya disini menggunakan kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah sadar pentingnya untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’ sementara yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar Indonesia mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang bersatu dan merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres Pemuda II, dimana para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai merauke berjanji untuk selalu berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah negara Indonesia Mulai dari tahun 1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita mulai bangkit dari kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara tahun – tahun ini bangsa kita mulai sadar bahwa yang membuat usaha – usaha untuk melawan penjajah dulu selalu gagal karena sikap sukuisme yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa diteruskan di sebuah negeri yang dimana masing – masing setiap penduduknya memiliki budaya dan kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara yang bersatu. Perumusan Dasar Negara Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir pada masa 1945. Tahun dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang diinginkannya, namun sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah untuk dihapus. Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan bagaimana dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan dipilihlah ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera dilakukan dengan dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup kontroversial hingga kini, terutama terkait sila pertama yang bebrunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya”. Kontroversial karena sila pertama ini pada waktu itu menuai kritikan dari tokoh timur Indonesia karena seakan - akan perihal agama hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja, setelah beberapa diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga terlihat menyeluruh dan tidak membedakan. Perubahan inilah sebenanrya yang menjadi bahan terakhir diskusi. Karena tanpa adanya perubahan ini semua yang diperjuangkan yaitu kemerdekaan, akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn bangsa Indonesia dulu, perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme untuk suatu kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar - benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini Nah... tentunya melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik balik dari semua kemajuan dan persatuan yang sudah selama ini bangsa kita peroleh ? saya tidak dapat memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998. Tentunya serangkaian aksi diskriminasi memuncak setelah pemberontakan 30 September terutama terhadap mereka yang beretnis Tionghoa karena adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan mereka ( masyarakat Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah Orde lama pun juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI demonstrasi anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih banyak serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 – ‘99 dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus pelanggaran terhadap HAM dan diskriminasi yang besar. Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena saya tidak mau meneruskan, memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti – persatuan namun saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat bahwa pada awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya / kelompoknya sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita lebih mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu yang menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa perbedaan bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan Namun melihat realita pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai sekarang, sepertinya bangsa kita sudah mulai melupakan rasa persatuan tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu mulai ada, sikap sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah dirinya kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan politis atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah kembali ke Human Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa bangsa Indonesia dapat melakukan lebih dari itu, saya memiliki kepercayaan bahwa bangsa Indonesia sadar siapa musuh sesungguhnya dan sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan kita. Perlulah kita kritis dan mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia sekarang sama seperti mengulang kejadian dulu. Perlulah kita untuk bersikap dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada sebuah negara atau komunitas di belahan bumi manapun yang tidak memiliki perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi kepentingan tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain. Akhir Kata Negara ini didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan pengorbanan, melalui persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah mimpi untuk membangun yang terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi dan persatuan, bukan berdasarkan adanya keinginan mendominasi satu sama lain Akhir kata saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai penyakit kekanak - kanakan Indonesia tumbuh lagi menggerogoti generasi baru Indonesia dan membawa Indonesia kembali kedalam kertepurukan . #bersamamerawatperbedaan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/santoso172/penyakit-kronis-bangsa-indonesia_58a38f928e7e610036df63fc

0 komentar:

Posting Komentar