Cari Blog Ini

Minggu, 12 Februari 2017

Menyingkap Agenda Besar FPI di Balik Aksi Bela Islam (Analisis)




Diakui atau tidak, euforia Aksi Bela Islam versi FPI  masih terasa hingga sekarang. Indikasinya adalah semakin seringnya kawan-kawan saya di facebook meng-upload meme meme dukungan terhadap sosok Riziq Shihab sekaligus munculnya meme baru berisi sindiran dan hujatan terhadap Pemerintah. Ditambah lagi, muncul gerakan Muslim Cyber Army yang konon bertugas untuk melaporkan dan menutup akun, grup, fanspage facebook,dan menyerang website-website yang berusaha menahan aksi mereka. Fanspage katakita dan fanspage Abu Janda  pernah merasakan aksi dari Muslim Cyber Army ini, meskipun hanya beberapa menit.

Akibat dari semua itu, reaksi yang berlawanan muncul. Mereka yang tidak terima dengan hujatan ngawur terhadap pemerintahan mencoba meredakan situasi dengan meluruskan berdasarkan dengan data dan fakta yang ada, meskipun sepertinya sia-sia bagi mereka yang sudah telanjur antipati pada Presiden Jokowi.

Yang mengejutkan, reaksi juga muncul dari generasi muda Nahdlatul Ulama. NU yang selama ini cenderung mendiamkan aksi-aksi yang mulai berisi fitnahan dan cenderung radikal, mulai bereaksi untuk melawan radikalisme yang menyasar generasi muda melalui internet. Mereka memunculkan gerakan NU Cyber Banser untuk melawan Muslim Cyber Army dan yang sehaluan. Semua itu membuat dunia internet Indonesia makin mendidih.

Situasi panas seperti itu merupakan efek lanjutan dari peristiwa yang terjadi pada tanggal 4 November 2016 dan 2 Desember 2016 atau disebut Aksi 411 dan 212. Tiap-tiap rakyat Indonesia yang di dalam rumahnya terdapat pesawat televisi pasti tahu bagaimana gaduhnya ibukota pada kedua tanggal tersebut. Ratusan ribu orang berkumpul demi satu tujuan, memenjarakan Ahok.

Melihat riuhnya kota Jakarta kala itu, saya tidak mengira, ucapan seorang Basuki Tjahaja Purnama mampu mengumpulkan ribuan massa Islam (meskipun belum tentu mewakili Islam) di pusat kota Jakarta.Ini merupakan sebuah peristiwa yang langka terjadi. Riziq Shihab ditengarai merupakan orang orang di balik semua hiruk pikuk tersebut.

Kegigihan imam FPI mengumpulkan massa untuk memenjarakan Ahok menimbulkan praduga liar yang menari-nari di kepala publik. Ada yang beranggapan bahwa aksi tersebut murni bela Islam, ada juga yang beranggapan bahwa tujuannya hanya untuk menjegal Ahok. Saya sendiri berpendapat bahwa aksi bela Islam yang dilakukan oleh massa Islam tersebut memiliki multi tujuan. Pertama, tujuannya adalah memang untuk memenjarakan Ahok yang berarti menjegal langkah Ahok menuju DKI 1. Kedua murni show of force kekuatan massa Islam. Akan tetapi lebih dari semua itu, saya menduga, ada tujuan lebih besar yang ingin digapai FPI.


Deklarasi NKRI Bersyariah

Empat tahun sebelum aksi bela Islam terjadi, pada hari Sabtu, 1 September 2012 lalu, di Moumen Nasional (Monas) terjadi sebuah peristiwa besar yang melibatkan LSM Front Pembela Islam dan kawan-kawannya, mereka mendeklarasikan sebuah gerakan yang bernama Gerakan NKRI Bersyariah.

Sekilas tentang gerakan tersebut sudah saya tulis pada artikel TNI: NKRI Harga Mati, FPI: NKRI BERSYARIAH Harga Mati ?. Pada Intinya, FPI bermaksud memformulasikan hukum Islam dalam sistem bernegara di Indonesia, hukum tersebut menurut mereka hanya akan diberlakukan hanya bagi umat Islam. Bagaimana bentuk dari NKRI Bersyariah itu ? masih menjadi tanda tanya besar.
Akan tetapi meskipun disebut NKRI bersyariah, dasar pijakan gerakan tersebut adalah Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta yang berbunyi,
  1. Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan syariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja
  2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
  3. Persatoean Indonesia
  4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawaratan/perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
Jika demikian, tak heran dalam sebuah tayangan video di youtube, ada seorang yang sangat mirip dengan Riziq Shihab yang mengatakan bahwa Pancasila Sukarno ada di pantat, sedangkan Pancasila versi piagam Jakarta menempatkan Pancasila di Kepala.

Kalimat tersebut bisa kita tafsirkan bahwa Riziq Shihab bisa jadi kurang sepakat dengan Pancasila yang sekarang menjadi dasar negara. Sebaliknya ia, mendukung Pancasila versi Piagam Jakarta.


Motif Aksi Bela Islam Sesungguhnya

Dalam pandangan saya, jumlah massa yang sedemikian besar yang dipimpin Riziq Shihab memiliki tujuan lebih dari menjegal langkah Ahok. Dengan menghubungkan antara Aksi Bela Islam 411 dan 212 dan gerakan NKRI Bersyariah Harga Mati yang dicanangkan empat tahun sebelumnya, sebenarnya pembaca seword bisa menduga apa motif Riziq Shihab di balik Aksi Bela Islam.

Jika anda perhatikan, apa yang dilakukan FPI dengan gerakan NKRI Bersyariah termasuk Aksi 411 dan 212 nampak jelas sebuah agenda besar FPI dan kawan-kawannya yaitu, memunculkan kembali perdebatan mengenai dasar negara yang sebenarnya sudah berlangsung pada tahun 1945 silam. Riziq Shihab ingin mengusung Pancasila versi piagam Jakarta. Sebuah rumusan yang sebenarnya belum digunakan sebagai dasar negara.

Pancasila yang digunakan sebagai dasar negara adalah yang selama ini kita pakai, yang merupakan kesepakatan para pendiri bangsa. Demi persatuan dan kesatuan bangsa, mereka lebih memilih menghilangkan kalimat, “menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. “, menggantinya dengan Yang Maha Esa, sehingga sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hal tersebutlah yang selama ini diamini oleh organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama. Bagi NU Pancasila dan NKRI adalah final, harga mati.

Akan tetapi, LSM FPI memiliki pendapat yang berbeda, mereka terus-terusan mengupayakan agar Pancasila versi Piagam Jakarta menjadi dasar negara.

Bagi FPI, sebelum meledaknya aksi 411 dan 212, belum ada peristiwa sebesar uitu yang mampu mengampanyekan gerakan NKRI Bersyariah t seperti sekarang. Mereka tidak menemukan “musuh” untuk membangkitkan semangat umat.

Hingga kemudian muncul peristiwa dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Bagi mereka, kesalahan kecil yang dilakukan oleh Ahok menjadi momentum untuk melancarkan gerakan mereka tersebut. Sosok Ahok yang merupakan double minoritas, dianggap musuh yang mampu menggerakkan emosi umat.

Kesalahan yang dilakukan Ahok menjadi mesiu yang mampu meledakkan emosi sebagian massa Islam di berbagai penjuru tanah air. Ahok resmi dijadikan musuh bersama oleh FPI cs.

Lalu, ketika umat Islam sudah terpaku dengan semangat bela agama sekaligus menumpahkan kebencian pada sosok Ahok. Secara terus-menerus, terutama di media sosial, FPI melempar isu NKRI Bersyariah, dengan tujuan untuk memengaruhi simpati massa agar mendukung FPI memunculkan kembali Pancasila versi piagam Jakarta.

Oleh: Arif Budi Darmawan


0 komentar:

Posting Komentar