Banten, NU Online
Rais
Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin meminta kepada
seluruh ulama khususnya di Banten agar menjaga umat dari ajaran atau
akidah-akidah yang menyimpang.
Menurutnya,
ajaran atau akidah menyimpang, akan mengubah arus cara berfikir dan
gerakan yang mengarah ke ekstrim radikal. Baik itu radikal agama maupun
radikal sekuler.
Untuk itu, ia meminta para
ulama jangan hanya diam di pesantren, tetapi harus bergerak keluar untuk
lebih mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Meski begitu, jangan
dikonotasikan ulama meninggalkan pesantren. Karena peran di ulama di
pesantren tetap penting, untuk mencetak kader atau regenerasi ulama.
"Nahdlatul Ulama itu harus saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi. Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, Ukhuwah Insaniyah, ditambah satu lagi Ukhuwah Nahdliyyah," kata KH Ma'ruf Amin, saat memaparkan pendapatnya sebagai Keynote Speech
pada Silaturahim dan Dialog Kebangsaan Ulama, Pengasuh Pondok Pesantren
dan Syuriah PCNU se-Banten, di Pesantren An-Nawawi, Tanara, Serang,
Rabu (8/2).
Penambahan satu Ukhuwah Nahdliyyah,
lanjut dia, jangan sampai ketika seluruh warga NU menjalankan Ukhuwah
Islamiyah, Wathoniyyah, dan Insaniyah, justru terpecah-pecah sesama
warga atau di internal NU sendiri. Makanya, perlu ditambah Ukhuwah
Nahdliyyah.
KH Ma'ruf Amin yang juga Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tersebut menambahkan, untuk menjaga
negara perlu ada kerjasama yang baik antara ulama dan umara. Agak sulit
rasanya menjaga Negara tanpa adanya kesatuan kekuatan antara ulama dan
umara tadi.
Ia memuji peran Kapolri Jenderal
Polisi Tito Karnavian yang mampu mengendalikan situasi politik nasional
beberapa waktu ini, dengan mendekati dan melibatkan para ulama. Kiai
Ma’ruf juga mendukung imbauan Kapolda Banten, Brigjen Polisi Listyo
Sigit Prabowo agar masyarakat Banten tidak ikut aksi 112.
"Atas nama Rais Aam PBNU, saya instruksikan warga NU tidak turun aksi 112," tegasnya. (Malik Mughni/Zunus)
0 komentar:
Posting Komentar