Pertanyaan
cepat, pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ?
Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk bangsa
Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman sekarang dan
berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ? Muncul kisruh yang
berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa menjadi seperti ini ?
Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali kedalam
sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan merdeka. Ambilah
contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar dalam sejarah Indonesia,
Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut meskipun memiliki satu agama yang
dominan, namun mereka masih mentoleransi agama lain yang ingin berkembang,
selama masih ada di bawah naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat
pada jaman itu jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan
erat. Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah
tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya
keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem persatuan
yang pernah dibentuk sebelumnya.
Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya
kedua kerajaan tersebut. Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di
Indonesia baik mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing (Belanda,
portugis, dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang
berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang lemahnya
kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain).
Namun ketika dihadang
Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai runtuh. Mengapa hal ini terjadi ?
Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan
pada saat itu belum mengenal kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang
untuk sendirinya. Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal
antara kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru
yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang mereka
lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar tidak. Lalu Belanda
menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial dan budaya setiap kerajaan
yang akan dilawannya sehingga dapat menaklukannya dengan mudah, satu contoh
dari ini yaitu ketika pada saat Perang Aceh dimana Belanda men.
Namun yang
paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda disini adalah
masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu
kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan saling mengenal satu sama lain.
Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan
Kinderkrankenheit-nya Indonesia (Penyakit kenanak – kanakan).
Era ‘Kesadaran’ Nasional
Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh –
puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani. Bangsa kita
memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari penjajahan Bangsa kita
mulai sadar dan belajar untuk mengetahui pentingnya persatuan, (Dalam buku –
buku sejarah masa ini terkenal dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun
saya disini menggunakan kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah
sadar pentingnya untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’
sementara yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni
suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar Indonesia
mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang bersatu dan
merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres Pemuda II, dimana
para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai merauke berjanji untuk selalu
berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah negara Indonesia.
Mulai dari tahun
1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita mulai bangkit dari
kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara tahun – tahun ini bangsa kita
mulai sadar bahwa yang membuat usaha – usaha untuk melawan penjajah dulu selalu
gagal karena sikap sukuisme yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa
diteruskan di sebuah negeri yang dimana masing – masing setiap penduduknya
memiliki budaya dan kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara
yang bersatu.
Perumusan Dasar Negara
Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir
pada masa 1945. Tahun dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang
diinginkannya, namun sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah
untuk dihapus. Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan
bagaimana dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan dipilihlah
ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera dilakukan dengan
dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup kontroversial hingga kini,
terutama terkait sila pertama yang bebrunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya”. Kontroversial karena sila
pertama ini pada waktu itu menuai kritikan dari tokoh timur Indonesia karena
seakan - akan perihal agama hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja,
setelah beberapa diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga
terlihat menyeluruh dan tidak membedakan.
Perubahan inilah sebenanrya yang
menjadi bahan terakhir diskusi. Karena tanpa adanya perubahan ini semua yang
diperjuangkan yaitu kemerdekaan, akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn
bangsa Indonesia dulu, perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme
untuk suatu kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar
- benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini.
Nah... tentunya
melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik balik dari semua kemajuan
dan persatuan yang sudah selama ini bangsa kita peroleh ? saya tidak dapat
memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998. Tentunya serangkaian aksi diskriminasi
memuncak setelah pemberontakan 30 September terutama terhadap mereka yang
beretnis Tionghoa karena adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan
mereka ( masyarakat Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah
Orde lama pun juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI
demonstrasi anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih
banyak serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun
yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 – ‘99
dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus pelanggaran
terhadap HAM dan diskriminasi yang besar.
Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena
saya tidak mau meneruskan, memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti
– persatuan namun saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat
bahwa pada awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya /
kelompoknya sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita
lebih mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu
menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu yang
menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa perbedaan
bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan.
Namun melihat realita
pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai sekarang, sepertinya bangsa kita
sudah mulai melupakan rasa persatuan tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu
mulai ada, sikap sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah
dirinya kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes
atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan politis
atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah kembali ke Human
Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa bangsa Indonesia dapat
melakukan lebih dari itu, saya memiliki kepercayaan bahwa bangsa Indonesia
sadar siapa musuh sesungguhnya dan sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan
kita. Perlulah kita kritis dan mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia
sekarang sama seperti mengulang kejadian dulu.
Perlulah kita untuk bersikap
dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada sebuah negara atau komunitas di
belahan bumi manapun yang tidak memiliki perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya
mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi
kepentingan tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang
berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain.
Akhir Kata
Negara ini
didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan pengorbanan, melalui
persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah mimpi untuk membangun yang
terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi dan persatuan, bukan berdasarkan
adanya keinginan mendominasi satu sama lain.
Akhir kata saya ingin mengatakan
bahwa jangan sampai penyakit kekanak - kanakan Indonesia tumbuh lagi
menggerogoti generasi baru Indonesia dan membawa Indonesia kembali kedalam
kertepurukan.
#bersamamerawatperbedaan
Oleh: Ivan Putra
Pertanyaan cepat,
pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ?
Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk
bangsa Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman
sekarang dan berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ?
Muncul kisruh yang berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa
menjadi seperti ini ?
Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali
kedalam sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan
merdeka. Ambilah contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar
dalam sejarah Indonesia, Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut
meskipun memiliki satu agama yang dominan, namun mereka masih
mentoleransi agama lain yang ingin berkembang, selama masih ada di bawah
naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat pada jaman itu
jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan erat.
Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah
tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya
keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem
persatuan yang pernah dibentuk sebelumnya
Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut.
Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di Indonesia baik
mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing ( Belanda, portugis,
dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang
berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang
lemahnya kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain)
Namun ketika dihadang Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai
runtuh. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan karena kurangnya
rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan pada saat itu belum mengenal
kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang untuk sendirinya.
Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal antara
kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru
yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang
mereka lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar
tidak. Lalu Belanda menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial
dan budaya setiap kerajaan yang akan dilawannya sehingga dapat
menaklukannya dengan mudah, satu contoh dari ini yaitu ketika pada saat
Perang Aceh dimana Belanda men
Namun yang paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda
disini adalah masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan
saling mengenal satu sama lain.
Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan
Kinderkrankenheit-nya Indonesia ( Penyakit kenanak – kanakan).
Era ‘Kesadaran’ Nasional
Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh
– puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani.
Bangsa kita memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari
penjajahan Bangsa kita mulai sadar dan belajar untuk mengetahui
pentingnya persatuan, ( Dalam buku – buku sejarah masa ini terkenal
dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun saya disini menggunakan
kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah sadar pentingnya
untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’ sementara
yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni
suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar
Indonesia mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang
bersatu dan merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres
Pemuda II, dimana para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai
merauke berjanji untuk selalu berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah
negara Indonesia
Mulai dari tahun 1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita
mulai bangkit dari kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara
tahun – tahun ini bangsa kita mulai sadar bahwa yang membuat usaha –
usaha untuk melawan penjajah dulu selalu gagal karena sikap sukuisme
yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa diteruskan di sebuah negeri
yang dimana masing – masing setiap penduduknya memiliki budaya dan
kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara yang
bersatu.
Perumusan Dasar Negara
Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir pada masa 1945. Tahun
dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang diinginkannya, namun
sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah untuk dihapus.
Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan bagaimana
dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan
dipilihlah ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera
dilakukan dengan dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup
kontroversial hingga kini, terutama terkait sila pertama yang bebrunyi
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk –
pemeluknya”. Kontroversial karena sila pertama ini pada waktu itu menuai
kritikan dari tokoh timur Indonesia karena seakan - akan perihal agama
hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja, setelah beberapa
diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga terlihat
menyeluruh dan tidak membedakan.
Perubahan inilah sebenanrya yang menjadi bahan terakhir diskusi. Karena
tanpa adanya perubahan ini semua yang diperjuangkan yaitu kemerdekaan,
akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn bangsa Indonesia dulu,
perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme untuk suatu
kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar -
benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini
Nah... tentunya melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik
balik dari semua kemajuan dan persatuan yang sudah selama ini bangsa
kita peroleh ? saya tidak dapat memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998.
Tentunya serangkaian aksi diskriminasi memuncak setelah pemberontakan
30 September terutama terhadap mereka yang beretnis Tionghoa karena
adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan mereka ( masyarakat
Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah Orde lama pun
juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI demonstrasi
anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih banyak
serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun
yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 –
‘99 dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus
pelanggaran terhadap HAM dan diskriminasi yang besar.
Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena saya tidak mau meneruskan,
memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti – persatuan namun
saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat bahwa pada
awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya / kelompoknya
sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita lebih
mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu
menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu
yang menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa
perbedaan bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan
Namun melihat realita pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai
sekarang, sepertinya bangsa kita sudah mulai melupakan rasa persatuan
tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu mulai ada, sikap
sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah dirinya
kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes
atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan
politis atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah
kembali ke Human Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa
bangsa Indonesia dapat melakukan lebih dari itu, saya memiliki
kepercayaan bahwa bangsa Indonesia sadar siapa musuh sesungguhnya dan
sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan kita. Perlulah kita kritis dan
mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia sekarang sama seperti
mengulang kejadian dulu.
Perlulah kita untuk bersikap dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada
sebuah negara atau komunitas di belahan bumi manapun yang tidak memiliki
perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya mementingkan kepentingan
kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi kepentingan
tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang
berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain.
Akhir Kata
Negara ini didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan
pengorbanan, melalui persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah
mimpi untuk membangun yang terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi
dan persatuan, bukan berdasarkan adanya keinginan mendominasi satu
sama lain
Akhir kata saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai penyakit kekanak -
kanakan Indonesia tumbuh lagi menggerogoti generasi baru Indonesia dan
membawa Indonesia kembali kedalam kertepurukan .
#bersamamerawatperbedaan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/santoso172/penyakit-kronis-bangsa-indonesia_58a38f928e7e610036df63fc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/santoso172/penyakit-kronis-bangsa-indonesia_58a38f928e7e610036df63fc
Pertanyaan cepat,
pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ?
Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk
bangsa Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman
sekarang dan berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ?
Muncul kisruh yang berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa
menjadi seperti ini ?
Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali
kedalam sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan
merdeka. Ambilah contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar
dalam sejarah Indonesia, Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut
meskipun memiliki satu agama yang dominan, namun mereka masih
mentoleransi agama lain yang ingin berkembang, selama masih ada di bawah
naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat pada jaman itu
jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan erat.
Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah
tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya
keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem
persatuan yang pernah dibentuk sebelumnya
Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut.
Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di Indonesia baik
mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing ( Belanda, portugis,
dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang
berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang
lemahnya kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain)
Namun ketika dihadang Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai
runtuh. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan karena kurangnya
rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan pada saat itu belum mengenal
kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang untuk sendirinya.
Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal antara
kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru
yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang
mereka lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar
tidak. Lalu Belanda menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial
dan budaya setiap kerajaan yang akan dilawannya sehingga dapat
menaklukannya dengan mudah, satu contoh dari ini yaitu ketika pada saat
Perang Aceh dimana Belanda men
Namun yang paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda
disini adalah masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan
saling mengenal satu sama lain.
Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan
Kinderkrankenheit-nya Indonesia ( Penyakit kenanak – kanakan).
Era ‘Kesadaran’ Nasional
Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh
– puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani.
Bangsa kita memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari
penjajahan Bangsa kita mulai sadar dan belajar untuk mengetahui
pentingnya persatuan, ( Dalam buku – buku sejarah masa ini terkenal
dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun saya disini menggunakan
kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah sadar pentingnya
untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’ sementara
yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni
suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar
Indonesia mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang
bersatu dan merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres
Pemuda II, dimana para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai
merauke berjanji untuk selalu berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah
negara Indonesia
Mulai dari tahun 1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita
mulai bangkit dari kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara
tahun – tahun ini bangsa kita mulai sadar bahwa yang membuat usaha –
usaha untuk melawan penjajah dulu selalu gagal karena sikap sukuisme
yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa diteruskan di sebuah negeri
yang dimana masing – masing setiap penduduknya memiliki budaya dan
kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara yang
bersatu.
Perumusan Dasar Negara
Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir pada masa 1945. Tahun
dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang diinginkannya, namun
sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah untuk dihapus.
Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan bagaimana
dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan
dipilihlah ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera
dilakukan dengan dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup
kontroversial hingga kini, terutama terkait sila pertama yang bebrunyi
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk –
pemeluknya”. Kontroversial karena sila pertama ini pada waktu itu menuai
kritikan dari tokoh timur Indonesia karena seakan - akan perihal agama
hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja, setelah beberapa
diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga terlihat
menyeluruh dan tidak membedakan.
Perubahan inilah sebenanrya yang menjadi bahan terakhir diskusi. Karena
tanpa adanya perubahan ini semua yang diperjuangkan yaitu kemerdekaan,
akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn bangsa Indonesia dulu,
perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme untuk suatu
kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar -
benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini
Nah... tentunya melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik
balik dari semua kemajuan dan persatuan yang sudah selama ini bangsa
kita peroleh ? saya tidak dapat memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998.
Tentunya serangkaian aksi diskriminasi memuncak setelah pemberontakan
30 September terutama terhadap mereka yang beretnis Tionghoa karena
adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan mereka ( masyarakat
Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah Orde lama pun
juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI demonstrasi
anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih banyak
serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun
yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 –
‘99 dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus
pelanggaran terhadap HAM dan diskriminasi yang besar.
Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena saya tidak mau meneruskan,
memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti – persatuan namun
saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat bahwa pada
awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya / kelompoknya
sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita lebih
mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu
menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu
yang menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa
perbedaan bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan
Namun melihat realita pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai
sekarang, sepertinya bangsa kita sudah mulai melupakan rasa persatuan
tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu mulai ada, sikap
sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah dirinya
kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes
atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan
politis atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah
kembali ke Human Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa
bangsa Indonesia dapat melakukan lebih dari itu, saya memiliki
kepercayaan bahwa bangsa Indonesia sadar siapa musuh sesungguhnya dan
sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan kita. Perlulah kita kritis dan
mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia sekarang sama seperti
mengulang kejadian dulu.
Perlulah kita untuk bersikap dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada
sebuah negara atau komunitas di belahan bumi manapun yang tidak memiliki
perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya mementingkan kepentingan
kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi kepentingan
tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang
berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain.
Akhir Kata
Negara ini didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan
pengorbanan, melalui persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah
mimpi untuk membangun yang terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi
dan persatuan, bukan berdasarkan adanya keinginan mendominasi satu
sama lain
Akhir kata saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai penyakit kekanak -
kanakan Indonesia tumbuh lagi menggerogoti generasi baru Indonesia dan
membawa Indonesia kembali kedalam kertepurukan .
#bersamamerawatperbedaan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/santoso172/penyakit-kronis-bangsa-indonesia_58a38f928e7e610036df63fc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/santoso172/penyakit-kronis-bangsa-indonesia_58a38f928e7e610036df63fc
0 komentar:
Posting Komentar