Diakui atau tidak, euforia Aksi Bela Islam versi FPI masih terasa hingga sekarang. Indikasinya adalah semakin seringnya kawan-kawan saya di facebook meng-upload
meme meme dukungan terhadap sosok Riziq Shihab sekaligus munculnya meme
baru berisi sindiran dan hujatan terhadap Pemerintah. Ditambah lagi,
muncul gerakan Muslim Cyber Army yang konon bertugas untuk
melaporkan dan menutup akun, grup, fanspage facebook,dan menyerang
website-website yang berusaha menahan aksi mereka. Fanspage katakita dan fanspage Abu Janda pernah merasakan aksi dari Muslim Cyber Army ini, meskipun hanya beberapa menit.
Akibat dari semua itu, reaksi yang berlawanan muncul. Mereka yang tidak terima dengan hujatan ngawur
terhadap pemerintahan mencoba meredakan situasi dengan meluruskan
berdasarkan dengan data dan fakta yang ada, meskipun sepertinya sia-sia
bagi mereka yang sudah telanjur antipati pada Presiden Jokowi.
Yang mengejutkan, reaksi juga muncul dari
generasi muda Nahdlatul Ulama. NU yang selama ini cenderung mendiamkan
aksi-aksi yang mulai berisi fitnahan dan cenderung radikal, mulai
bereaksi untuk melawan radikalisme yang menyasar generasi muda melalui
internet. Mereka memunculkan gerakan NU Cyber Banser untuk melawan Muslim Cyber Army dan yang sehaluan. Semua itu membuat dunia internet Indonesia makin mendidih.
Situasi panas seperti itu merupakan efek
lanjutan dari peristiwa yang terjadi pada tanggal 4 November 2016 dan 2
Desember 2016 atau disebut Aksi 411 dan 212. Tiap-tiap rakyat Indonesia
yang di dalam rumahnya terdapat pesawat televisi pasti tahu bagaimana
gaduhnya ibukota pada kedua tanggal tersebut. Ratusan ribu orang
berkumpul demi satu tujuan, memenjarakan Ahok.
Melihat riuhnya kota Jakarta kala itu,
saya tidak mengira, ucapan seorang Basuki Tjahaja Purnama mampu
mengumpulkan ribuan massa Islam (meskipun belum tentu mewakili Islam) di
pusat kota Jakarta.Ini merupakan sebuah peristiwa yang langka terjadi.
Riziq Shihab ditengarai merupakan orang orang di balik semua hiruk pikuk
tersebut.
Kegigihan imam FPI mengumpulkan massa
untuk memenjarakan Ahok menimbulkan praduga liar yang menari-nari di
kepala publik. Ada yang beranggapan bahwa aksi tersebut murni bela
Islam, ada juga yang beranggapan bahwa tujuannya hanya untuk menjegal
Ahok. Saya sendiri berpendapat bahwa aksi bela Islam yang dilakukan oleh
massa Islam tersebut memiliki multi tujuan. Pertama, tujuannya adalah
memang untuk memenjarakan Ahok yang berarti menjegal langkah Ahok menuju
DKI 1. Kedua murni show of force kekuatan massa Islam. Akan tetapi lebih dari semua itu, saya menduga, ada tujuan lebih besar yang ingin digapai FPI.
Deklarasi NKRI Bersyariah
Empat tahun sebelum aksi bela Islam
terjadi, pada hari Sabtu, 1 September 2012 lalu, di Moumen Nasional
(Monas) terjadi sebuah peristiwa besar yang melibatkan LSM Front Pembela
Islam dan kawan-kawannya, mereka mendeklarasikan sebuah gerakan yang
bernama Gerakan NKRI Bersyariah.
Sekilas tentang gerakan tersebut sudah saya tulis pada artikel TNI: NKRI Harga Mati, FPI: NKRI BERSYARIAH Harga Mati ?. Pada
Intinya, FPI bermaksud memformulasikan hukum Islam dalam sistem
bernegara di Indonesia, hukum tersebut menurut mereka hanya akan
diberlakukan hanya bagi umat Islam. Bagaimana bentuk dari NKRI
Bersyariah itu ? masih menjadi tanda tanya besar.
Akan tetapi meskipun disebut NKRI
bersyariah, dasar pijakan gerakan tersebut adalah Pancasila yang
tercantum dalam Piagam Jakarta yang berbunyi,
- Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan syariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja
- Kemanoesiaan jang adil dan beradab
- Persatoean Indonesia
- Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawaratan/perwakilan
- Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
Jika demikian, tak heran dalam sebuah
tayangan video di youtube, ada seorang yang sangat mirip dengan Riziq
Shihab yang mengatakan bahwa Pancasila Sukarno ada di pantat, sedangkan
Pancasila versi piagam Jakarta menempatkan Pancasila di Kepala.
Kalimat tersebut bisa kita tafsirkan bahwa
Riziq Shihab bisa jadi kurang sepakat dengan Pancasila yang sekarang
menjadi dasar negara. Sebaliknya ia, mendukung Pancasila versi Piagam
Jakarta.
Motif Aksi Bela Islam Sesungguhnya
Dalam pandangan saya, jumlah massa yang
sedemikian besar yang dipimpin Riziq Shihab memiliki tujuan lebih dari
menjegal langkah Ahok. Dengan menghubungkan antara Aksi Bela Islam 411
dan 212 dan gerakan NKRI Bersyariah Harga Mati yang dicanangkan empat
tahun sebelumnya, sebenarnya pembaca seword bisa menduga apa motif Riziq
Shihab di balik Aksi Bela Islam.
Jika anda perhatikan, apa yang dilakukan
FPI dengan gerakan NKRI Bersyariah termasuk Aksi 411 dan 212 nampak
jelas sebuah agenda besar FPI dan kawan-kawannya yaitu, memunculkan
kembali perdebatan mengenai dasar negara yang sebenarnya sudah
berlangsung pada tahun 1945 silam. Riziq Shihab ingin mengusung
Pancasila versi piagam Jakarta. Sebuah rumusan yang sebenarnya belum
digunakan sebagai dasar negara.
Pancasila yang digunakan sebagai dasar
negara adalah yang selama ini kita pakai, yang merupakan kesepakatan
para pendiri bangsa. Demi persatuan dan kesatuan bangsa, mereka lebih
memilih menghilangkan kalimat, “menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya. “, menggantinya dengan Yang Maha Esa, sehingga sila pertama
berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal tersebutlah yang selama ini diamini
oleh organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama. Bagi NU Pancasila dan
NKRI adalah final, harga mati.
Akan tetapi, LSM FPI memiliki pendapat
yang berbeda, mereka terus-terusan mengupayakan agar Pancasila versi
Piagam Jakarta menjadi dasar negara.
Bagi FPI, sebelum meledaknya aksi 411 dan
212, belum ada peristiwa sebesar uitu yang mampu mengampanyekan gerakan
NKRI Bersyariah t seperti sekarang. Mereka tidak menemukan “musuh” untuk
membangkitkan semangat umat.
Hingga kemudian muncul peristiwa dugaan
penistaan agama yang dilakukan Ahok. Bagi mereka, kesalahan kecil yang
dilakukan oleh Ahok menjadi momentum untuk melancarkan gerakan mereka
tersebut. Sosok Ahok yang merupakan double minoritas, dianggap musuh
yang mampu menggerakkan emosi umat.
Kesalahan yang dilakukan Ahok menjadi
mesiu yang mampu meledakkan emosi sebagian massa Islam di berbagai
penjuru tanah air. Ahok resmi dijadikan musuh bersama oleh FPI cs.
Lalu, ketika umat Islam sudah terpaku
dengan semangat bela agama sekaligus menumpahkan kebencian pada sosok
Ahok. Secara terus-menerus, terutama di media sosial, FPI melempar isu
NKRI Bersyariah, dengan tujuan untuk memengaruhi simpati massa agar
mendukung FPI memunculkan kembali Pancasila versi piagam Jakarta.
Oleh: Arif Budi Darmawan
0 komentar:
Posting Komentar