Viral di twitter, sehari yang lalu dalam status berikut
Menurut dia, daya beli turun bukan isu dari lawan politik, melainkan dari lampiran berita bapak ini melampirkan screenshot sebagai mana yang terlampir
Bisa dilihat dari screenshot diatas, bagaimana tulisanya mengatakan kalau isu daya beli menurun itu ya dari berita-berita ini.
Ini yang namanya tidak menyampaikan informasi secara utuh dan sebenarnya, dipangkas, dikemas ulang dengan sajian nan menawan untuk? Propaganda terhadap pemerintah tentunya, dan lagi-lagi korbannya pak Jokowi, untuk? Menyerang ektabilitas dimasa 2019 mendatang.
Baiklah kita mulai pembahasannya.
Twitter tersebut telah dishare sebanyak 632 dan di like sebanyak 472 tercatat sekarang pagi pukul 5.40 WIB tanggal 5 oktober 2017.
Dari laman kompas berikut
Sebenarnya apa yang dikatakan bapak Jokowi sudah detail, sayangnya orang-orang ini ya begitu, lucu-lucu menggemaskan.
Pak Jokowi dalam pidato peresmian penutupan Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tahun 2017 di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Selasa (3/10/2017) sore. Mengatakan demikian
“Isunya hanya daya beli turun. Saya liatin siapa yang ngomong, (orang) politik oh enggak apa-apa,” kata Jokowi tawa para anggota Kadin yang hadir.“Kalau pengusaha murni saya ajak ngomong. Kalau orang politik kan memang tugasnya itu, membuat isu-isu untuk 2019. Sudah kita blakblakan saja,” tambah Jokowi.Jokowi kemudian memaparkan sejumlah data yang membuktikan bahwa daya beli masyarakat tidak menurun. Menurut Jokowi, yang terjadi adalah peralihan pembelian dari offline ke online.“Kalau ada toko tutup ya karena ini. Salahnya enggak ikuti jaman,” kata Jokowi.Jokowi mengatakan, salah satu yang membuktikan argumennya ini adalah jasa kurir yang naik sebesar 130 persen sampai akhir September ini.
Sebenarya cukup jelas, tapi mereka para kubu opposite selalu berkata lain. Tim opposite ini melampirkan berita retail modern, seperti Matahari, Alfamart, Seven Eleven dsb, yang mengalami kemunduran, konon ceritanya karena daya beli. Menurut mereka isu ini bukan dari kalangan politik melainkan keadaan sebenarnya dilapangan daya beli itu lagi turun.
Wait a moment, adakah pak Jokowi membahas tentang pasar ritel konvensional dalam berita yang terlampir dalam laman kompas? Adakah pak Jokowi membahas itu?
Karena lucunya ini mereka ngotot sampai-sampai melampirkan data kalau volume pasar e-commerce di Indonesia masih kecil. Bahkan, jumlahnya masih di bawah 2% dari total pasar ritel konvensional. Hal ini jadi titik acuan para kubu opposite bahwa apa yang dikatakan pak Jokowi tentang offline (Ritel Konvensional) ke online (E-Commerce) itu tidak benar.
Disini lucunya, pak Jokowi tidak ada membahas daya beli menurun yang menimpa kalangan elite seperti Ritel Konvensional, sasaran tembak pak Jokowi dalam berita jelas bagi saya pribadi hanya menyasar kalangan menengah kebawah, para pelaku usaha seperti makanan, minuman, baju, benda-benda elektronik kecil. Intinya bukan kalangan elite.
Hal ini dibuktikan dengan jasa kurir yang naik sebesar 130 persen sampai akhir September ini.
Kalau memang turun daya beli masyarakat terhadap pasar kelas menengah kebawah ini, mengapa bisa naik pada faktanya?
Siapa sih pencetus daya beli ini?
Menurut pak Jokowi Jika ada yang pesimistis, pengusaha tersebut bukan murni seorang pengusaha, tetapi ‘nyambi’ sebagai politikus. Selain itu, ya bisa dilihat sebagaimana yang terlampir diatas, kalau kita tanya ke dia, bapak Fahri, maka jawabnya anak buah pak Jokowi. Tapi saya mau cari buktinya dimbah google, di setgab, diseknas, di media berita mana lagi ya kementrian keuangan, loh kok saya bingung ya tidak nemu soalnya.
Jadi anak buah jokowi dalam kabinet siapa yang mencetuskan ide ini? Nah lagi-lagi Fahri ini siapa? Ya cukup tau aja.
Jangan Kata, Jokowi Diam Terkait Masalah Ini
Siapa bilang Jokowi diam? Ente benci banget kayaknya ya? Kenapa? Urusan bisnis tidak lancar? Tidak dapat proyek? Ada visi misi melengserkan pak Jokowi dari kabinet 2019 nanti? Ole-ole.
Udah cukup lama ya, Agustus lalu, langsung bertindak melakukan rapat, memanggil 18 Menteri, mempertanyakan keadaan negeri buat kita-kita ini lebih baik.
Silahkan baca sendiri beritanya dalam laman diatas ada linknya, nah untuk yang sekarang soal ritel konvensional karena belum saya jelaskan diatas, Pak Jokowi sudah menjabarkan, saat ini Indonesia telah mendapatkan pengakuan dari berbagai lembaga pemeringkatan dunia terkait dengan kemudahan berusaha dan investasi.
Hal ini seharusnya membuat dunia usaha percaya terhadap kestabilan kondisi ekonomi Indonesia. Kepercayaan itu sudah ada. Contoh investment grade, ada Moddy’s, S&P, apalagi? Kenaikan negara tujuan investasi dari 8 ke 4. Ini juga kepercayaan. EODB dari 120 sekarang 91. Ini kepercayaan. Kalau angka seperti ini diragukan maka artinya?
0 komentar:
Posting Komentar